1.14.2010

Kiat Survive Berbisnis


Filosofi Sun Tzu menyatakan, supaya survive, seorang penguasa harus menang dalam setiap pertempuran. Ini demi memenangkan peperangan. Kalau tidak menang perang berarti binasa. Tidak survive!

Hal yang sama juga berlaku dalam organisasi perusahaan atau dunia bisnis. Di tengah-tengah persaingan bisnis yang semakin keras dewasa ini, organisasi perusahaan harus memiliki strategi sehandal strategi perang Sun Tzu. Jika tidak, perusahaan akan dilindas pesaing. Semakin melemah, kehilangan daya saing, ditinggalkan konsumen, merugi. Dan akhirnya mengalami suatu kondisi yang paling ditakutkan, yaitu kebangkrutan!

Bagaimana berperang dalam dunia bisnis pada abad informasi ini? Pertama, adu strategi demi meraih posisi terdepan dalam bisnis. Jika mengaplikasikan strategi Sun Tzu, maka kuasailah informasi dan miliki peta persaingan yang akurat. Kuasai medan pertempuran atau kondisi pasar. Miliki leadership dan kekuatan moral untuk menggerakkan segenap sumber daya perusahaan.

Dan bangun sebuah organisasi perusahaan yang solid, adaptif, disiplinnya tinggi, dan memiliki budaya kerja yang unggul. Dalam dunia bisnis, kita pun harus berperang demi mengalahkan lawan. Caranya, adu kreatifitas. Adu inovasi. Di zaman yang cepat berubah dan serba instan ini, kreatifitas dan inovasi, disertai dengan disiplin yang tinggi merupakan keunggulan utama dalam persaingan. Hari ini kita keluarkan produk baru. Esok hari pesaing muncul dengan produk yang hampir sama dan mengancam bisnis kita. Bahkan bisa-bisa produk kita dijiplak habis-habisan.

Jika kita berhenti selangkah, maka pesaing akan maju dua langkah dan siap menikam bisnis kita. Bertahan atau dalam pengertian berhenti kreatif dan inovatif, bukan merupakan strategi yang tepat dalam peperangan. Menyerang adalah pertahanan terbaik. Ini berarti perusahaan maju menyerang dengan berbekal kemajuan teknologi. Berbekal inovasi-inovasi terbaru untuk menggarap peluang dan menguasai pasar.

Namun, sebuah organisasi bisnis tidak bisa proaktif atau bergerak progresif jika unsur pembentuknya, yaitu manusianya, gagal menggerakkan organisasi tersebut. Ini berangkat dari asumsi dasar, manusialah yang menggerakkan organisasi perusahaan. Dan ini berarti, perusahaan harus memiliki sumber daya manusia yang memiliki kekayaan mental.

Apa saja kekayaan mental yang sangat penting bagi eksistensi organisasi perusahaan? Mental pembelajar, dalam arti manusia yang siap belajar, siap memperbaiki diri.

Mau terus mengasah ketrampilan dan selalu memperbaharui diri.

Bersikap terbuka pada perubahan dan mampu mengolah tantangan perubahan menjadi peluang dan keunggulan perusahaan.

Mental kreatif, inovatif, dan aktif dalam mencari terobosan-terobosan baru demi kemajuan.

Memiliki disiplin dan profesionalisme yang tinggi dalam bekerja.

Memiliki sikap positif terhadap relasi antar sesama, demi meningkatkan jaringan atau network.

Berorientasi pada pencapaian hasil-hasil maksimal bagi perusahaan. Dan masih banyak lagi.


Itulah kekayaan mental yang utama. Jika organisasi perusahaan memiliki sumber daya manusia yang kaya secara mental, gerak organisasi akan lebih cepat. Budaya organisasi akan terus tumbuh dalam gerak yang begitu dinamis. Akan terus terjadi pembaharuan demi pembaharuan. Inovasi tiada henti dengan ritme dan spirit kerja yang sangat tinggi. Fleksibel dan mudah beradaptasi dengan situasi pasar yang terus berubah. Organisasi bisnis siap didorong atau dipacu untuk maju lebih cepat lagi.
Organisasi bisnis yang solid seperti ini mampu maju perang saat lawan memilih tiarap.

Mampu melihat peluang-peluang yang tidak dilihat pesaingnya. Dan biasanya, dengan kesiapan strategi yang brilian, organisasi bisnis ini tidak saja mampu survive. Tetapi bahkan mampu menguasai pasar dengan keuntungan yang besar. Mirip sebuah kemenangan besar dalam peperangan kaisar-kaisar Tiongkok zaman dahulu.
Pertanyaanya sekarang, apakah bisnis Anda hendak melakukan ekspansi besar-besaran?

Apakah bisnis Anda menginginkan lompatan dalam meraih keuntungan?

Apakah organisasi perusahaan Anda sudah siap berperang?

Jika semua jawabannya ya, jangan lupa! Benahi mental sumber daya manusianya! Mulai sekarang juga!

Dikutip dari Tulisan Andrie Wongso

No comments:

Post a Comment